P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

Pesisir Teluk Palu Diresikkan Jadi Wisata Strategis Saksi Bencana 2018

Pesisir Teluk Palu Diresikkan Jadi Wisata Strategis Saksi Bencana 2018

Penataan Kawasan Pesisir Teluk Palu untuk Mendorong Kembalinya Sektor Pariwisata

Pemerintah Kota Palu sedang mempersiapkan langkah-langkah penataan kawasan pesisir Teluk Palu, yang menjadi saksi bisu dari kejadian bencana tsunami pada tahun 2018. Upaya ini bertujuan untuk memulihkan sektor pariwisata yang sempat terganggu akibat bencana tersebut.

Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata Kota Palu, Nukman Lawenga, menjelaskan bahwa Teluk Palu merupakan satu-satunya Kawasan Strategis Pariwisata (KSP) yang tercantum dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kota Palu (RIPPAR-Kot). Menurutnya, kawasan ini memiliki peran penting dalam pengembangan wisata di Kota Palu.

“Teluk Palu termasuk dalam kawasan strategis pariwisata atau KSP. Di Kota Palu, hanya ada satu KSP, yaitu kawasan Teluk Palu,” ujar Nukman saat ditemui di ruang kerjanya.

Ia menambahkan bahwa rencana penataan kawasan Teluk Palu sudah direncanakan sejak lama. Namun, pelaksanaannya tertunda karena adanya pekerjaan pembangunan jalan tanggul dan Jembatan Palu IV yang baru saja selesai tahun ini.

“Rencananya tahun ini kami sudah menyiapkan anggaran untuk penyusunan perencanaan penataan kawasan Teluk Palu. Tapi karena waktu pelaksanaannya terbatas, hanya dari Oktober sampai November, kami tidak ingin menyusun rencana secara tergesa-gesa,” tambahnya.

Penataan kawasan tersebut akan dimulai dari wilayah Silae hingga Talise, termasuk area Kampung Nelayan. Meski begitu, proses perencanaan secara menyeluruh baru akan dilakukan pada tahun depan, bersamaan dengan penyusunan Detail Engineering Design (DED) yang memperhitungkan kondisi lapangan dan kebutuhan anggaran.

“Perencanaan ini mencakup penyusunan DED yang memperhitungkan berbagai aspek, mulai dari kebutuhan anggaran hingga kondisi eksisting di sekitar Teluk Palu,” ujarnya.

Dinas Pariwisata juga akan menggunakan hasil kajian Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) yang saat ini tengah melakukan penelitian potensi wisata di kawasan tersebut, termasuk potensi wisata minat khusus dan wisata sejarah.

“Salah satu contohnya, dulu di sekitar Teluk Palu ada patok-patok jembatan peninggalan masa Belanda. Sayangnya, sebagian besar besinya sudah hilang,” ungkap Nukman.

Hasil kajian BRIDA itu akan dijadikan acuan bagi Dinas Pariwisata dalam penyusunan rencana penataan kawasan tahun depan.

Selain aspek pariwisata, penataan kawasan Teluk Palu juga akan memperhatikan aspek mitigasi bencana. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), kawasan Teluk Palu tidak diperbolehkan lagi dibangun secara permanen karena termasuk zona merah rawan bencana.

“Bangunan UMKM di sepanjang Teluk Palu nanti akan bersifat semi permanen, bukan permanen, karena wilayah tersebut termasuk kawasan rawan bencana,” jelas Nukman.

Meskipun demikian, Teluk Palu tetap ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Pariwisata (KSP) karena memiliki nilai penting dalam pengembangan wisata berbasis alam dan budaya di Kota Palu.

Penataan kawasan ini nantinya akan terintegrasi dengan wilayah lembah dan sungai di sekitarnya. “Dalam RIPPAR-Kot, KSP mencakup lima bentang alam utama di Kota Palu, yaitu pegunungan, bukit, lembah, teluk, dan sungai. Jadi nantinya, penataan kawasan Teluk Palu akan terintegrasi dengan kawasan lembah dan sungai di sekitarnya,” tutur Nukman.

Dengan rencana tersebut, wajah Teluk Palu diharapkan dapat tampil lebih tertata dan tangguh, sekaligus menjadi pengingat atas sejarah panjang bencana yang pernah melanda kawasan itu.

0

Posting Komentar