P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

Soto Bongko Sumedang: Rasa Legendaris yang Menggugah Hati Warga Sunda

Featured Image

Sejarah dan Ciri Khas Soto Bongko, Kuliner Legendaris Sumedang

Kabupaten Sumedang tidak hanya dikenal sebagai kota budaya yang kaya akan seni tradisional seperti Kuda Renggong dan Tarawangsa. Di bidang kuliner, daerah ini juga memiliki kekayaan cita rasa khas Sunda yang terus bertahan seiring berjalannya waktu. Salah satu makanan legendaris yang menjadi ikon kuliner Sumedang adalah Soto Bongko. Selain tahu, Soto Bongko menjadi salah satu hidangan yang sangat diminati oleh masyarakat setempat maupun wisatawan.

Asal Usul Soto Bongko

Soto Bongko pertama kali muncul sejak tahun 1950-an, dengan asal dari wilayah Sayang dan Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan. Nama “Bongko” berasal dari kata dalam bahasa Sunda yang berarti “dibungkus” atau “ditumpuk”, mengacu pada cara penyajian yang unik. Bahan-bahan disusun secara bertumpuk lalu disiram dengan kuah soto panas. Awalnya, Soto Bongko dijual oleh para pedagang keliling di sekitar alun-alun dan terminal lama Sumedang. Hidangan ini menjadi makanan rakyat yang murah, bergizi, dan cocok untuk disantap di pagi atau siang hari.

Dari generasi ke generasi, cita rasa Soto Bongko tetap dipertahankan, menjadikannya salah satu kuliner paling otentik di Sumedang. Meskipun telah banyak perkembangan dalam dunia kuliner, Soto Bongko tetap mempertahankan ciri khasnya yang khas dan tak tergantikan.

Bahan dan Ciri Khas Soto Bongko

Berbeda dari soto umumnya yang menggunakan daging sapi atau ayam, Soto Bongko justru menggunakan tahu dan lontong sebagai bahan utama. Kuahnya kental dengan warna kuning keemasan, yang bercampur dengan rasa gurih dari santan dan bumbu rempah khas Sunda.

Berikut adalah bahan utama dalam satu porsi Soto Bongko:

  • Lontong atau ketupat sebagai karbohidrat utama
  • Tahu Sumedang goreng yang menjadi ikon cita rasa
  • Tauge (kecambah) dan kol sebagai sayuran segar
  • Telur rebus atau telur dadar sebagai pelengkap
  • Kuah santan gurih berbumbu bawang putih, kunyit, ketumbar, dan lengkuas
  • Disiram sambal cabai rawit dan ditaburi bawang goreng serta daun bawang cincang di atasnya

Rasanya gurih, sedikit manis, dan pedas yang berpadu sempurna, menciptakan sensasi lezat yang khas — “gurih lemak santan dengan sentuhan tahu Sumedang”.

Cara Penyajian yang Unik

Penyajian Soto Bongko dilakukan di atas piring besar. Lontong, tahu, dan sayuran disusun secara bertumpuk, kemudian disiram kuah panas hingga meresap. Kuah yang kental membuat aroma rempah-rempah semakin terasa. Biasanya, Soto Bongko disajikan bersama kerupuk putih dan sambal rawit halus, menambah kenikmatan bagi para penikmat pedas.

Perkembangan dan Popularitas Saat Ini

Kini, Soto Bongko tidak lagi hanya ditemukan di warung tradisional, tetapi juga telah merambah ke restoran dan sentra kuliner modern di Sumedang. Beberapa tempat populer yang menjual Soto Bongko antara lain:

  • Warung Soto Bongko di daerah Regol Wetan
  • Soto Bongko di Pasar Sumedang
  • Beberapa pedagang di sekitar Alun-Alun Sumedang

Selain di Sumedang, soto ini mulai dikenal di kota-kota lain di Jawa Barat seperti Bandung, Garut, hingga Cirebon. Bahkan, beberapa pelaku usaha muda mengemas Soto Bongko dalam bentuk siap saji dan frozen food, agar bisa dinikmati di luar daerah.

Pemerintah Kabupaten Sumedang melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan juga mempromosikan Soto Bongko sebagai kuliner khas daerah, bersama Tahu Sumedang dan Ubi Cilembu. Upaya ini dilakukan agar kuliner tradisional tetap lestari dan menjadi daya tarik wisata kuliner di Tatar Sunda.

Kesimpulan

Soto Bongko bukan sekadar hidangan sederhana, tetapi jejak sejarah dan identitas kuliner masyarakat Sumedang. Perpaduan cita rasa gurih santan, tahu khas Sumedang, dan lontong lembut membuatnya tak tergantikan. Hingga kini, Soto Bongko terus menjadi kebanggaan warga Sumedang — bukti bahwa kelezatan tradisi bisa bertahan melintasi zaman.

0

Posting Komentar