P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

Bandung Berdenyut Melalui Event, Wisata dan Ekonomi Beriringan

Featured Image

Kehidupan Bandung yang Kembali Berdenyut

Bandung kembali menunjukkan kehidupannya yang dinamis. Sejak Juli 2025, kota ini mengalami peningkatan signifikan dalam berbagai acara dan aktivitas. Dari Asia Africa Festival hingga Pasar Seni ITB, Bandung menjadi pusat perhatian bagi banyak orang. Di tengah keramaian tersebut, perekonomian kota terasa semakin aktif. Hotel-hotel penuh, restoran ramai, dan jalanan yang padat oleh wisatawan dari berbagai daerah bahkan luar negeri.

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, melihat geliat ini sebagai tanda positif pemulihan ekonomi. Ia mencatat bahwa tingkat hunian hotel berbintang di Bandung mencapai 90 persen, sementara hotel melati berada di kisaran 40 persen. “Sejak Juli sampai sekarang, tingkat hunian hotel sangat tinggi,” ujarnya. Dalam tiga minggu terakhir saja, perputaran uang di sektor pariwisata mencapai puluhan miliar rupiah.

Namun, di balik semarak tersebut, Farhan menemukan dinamika menarik. Meski jumlah kunjungan meningkat, nilai belanja per orang justru menurun. “Yang datang banyak, tapi belanjanya tidak sebanyak yang kita harapkan. Kebanyakan belanja di sektor informal,” katanya. Fenomena ini menunjukkan bahwa Bandung memiliki basis ekonomi ritel yang kuat, tetapi rentan terhadap perubahan pola konsumsi masyarakat.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa sektor pariwisata dan ekonomi kreatif masih menjadi tulang punggung perekonomian Bandung. Oleh karena itu, pemerintah kota terus mendorong penyelenggaraan berbagai event sebagai cara menjaga roda ekonomi tetap berjalan. “Kuncinya memang harus ada event,” tegas Farhan.

Meskipun demikian, ia tidak menutup mata terhadap tantangan ke depan. Setelah musim libur Natal dan Tahun Baru, ekonomi biasanya melambat karena masyarakat mulai menahan pengeluaran menjelang Lebaran. “Bulan puasa dan Lebaran tidak selalu berarti konsumsi meningkat,” jelasnya. Setelah itu, masa penerimaan siswa baru juga menyedot banyak anggaran rumah tangga untuk biaya pendidikan.

Untuk menahan perlambatan ekonomi, Pemkot Bandung menyiapkan dua strategi utama: memperbanyak event dan membenahi transportasi. Farhan menyebut, pihaknya bekerja sama dengan Dinas Perhubungan Jawa Barat menghadirkan sistem angkot feeder—angkutan pengumpan yang akan memudahkan mobilitas wisatawan dan warga. “Ini bagian dari upaya memperbaiki sistem transportasi agar warga dan wisatawan makin nyaman,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung, Adi Junjunan Mustafa, melaporkan angka kunjungan wisatawan yang menggembirakan. Hingga triwulan ketiga 2025, Bandung mencatat 6,5 juta kunjungan, naik hampir dua kali lipat dibandingkan semester pertama. Target 8,7 juta wisatawan di akhir tahun tampaknya bukan sekadar harapan.

Bandung seolah menemukan denyut hidupnya kembali. Kota ini memang tidak pernah kehabisan cara untuk memikat, dari festival budaya hingga pasar seni, dari kafe tematik hingga musik jalanan. Di tengah semua itu, semangat warga Bandung tetap sama—menyambut siapa pun yang datang dengan senyum dan kreativitas tanpa batas.

Posting Komentar

Posting Komentar