P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

DPRD Balikpapan Kembangkan Kuliner Lokal dan Wisata Modern

DPRD Balikpapan Kembangkan Kuliner Lokal dan Wisata Modern

Pengembangan Ekonomi Kreatif di Balikpapan

Komisi II DPRD Balikpapan, Kalimantan Timur, sedang mempersiapkan sejumlah gagasan untuk pengembangan ekonomi kreatif yang berbasis pada potensi daerah. Salah satu fokus utama adalah membangun identitas kuliner dan destinasi wisata baru yang mampu menarik minat wisatawan sekaligus memperkuat citra kota.

Anggota Komisi II DPRD Balikpapan, Suriani, menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada makanan khas yang benar-benar menjadi ikon kota Balikpapan. Menurutnya, hal ini menjadi tantangan sekaligus peluang untuk mengembangkan produk kuliner yang bisa bersaing dengan daerah lain.

"Setiap daerah memiliki ciri khasnya sendiri, sementara Balikpapan belum memiliki makanan unggulan yang dikenal luas. Misalnya, amplang lebih identik dengan Samarinda," ujar Suriani.

Suriani memberikan contoh bagaimana kota-kota lain berhasil mengangkat kuliner lokal menjadi simbol daerah. Ia menyebut Yogyakarta dengan bakpia dan ikon Malioboro sebagai contoh sukses dari sinergi antara kuliner dan pariwisata.

"Di Yogyakarta, Malioboro menjadi pusat wisata sekaligus ikon kota. Balikpapan juga harus memiliki ciri khas seperti itu," katanya.

Menurut Suriani, Komisi II saat ini sedang melakukan penjajakan terhadap potensi bahan baku lokal yang dapat dikembangkan menjadi produk unggulan. Beberapa ide yang muncul meliputi produk berbasis singkong atau hasil bumi lain yang mudah ditemukan di wilayah Balikpapan.

"Kami ingin pelaku UMKM turut berinovasi menciptakan kuliner khas Balikpapan. Jadi bukan sekadar meniru, tetapi melahirkan sesuatu yang benar-benar baru," jelas politisi Partai Golkar tersebut.

Selain fokus pada kuliner, Suriani juga menyoroti pengembangan kawasan wisata di wilayah utara Balikpapan, tepatnya di Kelurahan Graha Indah. Ia menilai kawasan tersebut memiliki potensi besar sebagai destinasi baru jika dikembangkan dengan konsep modern dan alami.

"Jalan menuju ke sana sudah cukup baik. Jika ditata dengan baik, bisa mirip dengan tempat wisata di Jawa. Misalnya, konsep kafe kopi kelotok seperti di Surabaya bisa menarik untuk dikembangkan," ungkapnya.

Namun, ia menegaskan bahwa keberhasilan pengembangan sektor kuliner dan wisata sangat bergantung pada dukungan anggaran dan kolaborasi pemerintah kota.

"Tanpa dukungan anggaran, tentu sulit untuk berjalan. Kami berharap Pak Wali bisa menindaklanjuti gagasan dari Komisi II, termasuk rencana pembangunan pasar induk," tegasnya.

Posting Komentar

Posting Komentar