
Pertemuan Penting di Gedung Sapta Pesona
Pada Jumat sore yang sejuk, 10 Oktober 2025, terjadi pertemuan penting di Gedung Sapta Pesona, Jakarta. Di hadapan layar presentasi yang menampilkan foto perahu kayu bersayap putih, Bupati Bulukumba, Andi Muchtar Ali Yusuf atau akrab disapa Andi Utta, berbicara dengan penuh semangat seperti nakhoda. Ia membawa warisan dari daerahnya: semangat Pinisi, kapal kebanggaan masyarakat Bulukumba yang telah melewati zaman dan diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia.
Dalam pertemuan tersebut, Andi Utta menyampaikan pesan utama bahwa Bulukumba siap kembali berlayar. Ia menjelaskan potensi besar yang dimiliki daerahnya dalam wisata bahari dan budaya yang sudah dikenal luas. Pernyataan ini disampaikan di hadapan Wakil Menteri Pariwisata, Ni Luh Enik Ermawati, yang mengapresiasi kehadiran Pemerintah Daerah Kabupaten Bulukumba.
Sinergi Bahari dari Bulukumba ke Jakarta
Pertemuan ini menjadi titik penting dalam peta pariwisata Sulawesi Selatan. Andi Utta tidak hanya memaparkan strategi pembangunan wisata bahari, tetapi juga mengundang langsung Menteri dan Wakil Menteri Pariwisata untuk menghadiri Festival Pinisi ke-15 yang akan digelar pada 23–25 Oktober 2025 di pesisir Bira, Bulukumba.
Festival Pinisi bukan sekadar pesta budaya. Ia adalah ritual laut yang merupakan perayaan tangan-tangan tukang kayu yang menebar doa di setiap bilah papan. Sejak menjadi bagian dari Kharisma Event Nusantara (KEN), festival ini menjelma menjadi ikon nasional—simbol kebanggaan daerah yang terus dihidupkan oleh masyarakat nelayan, pengrajin perahu, hingga pelaku wisata lokal.
Wakil Menteri Pariwisata menyoroti pentingnya Gerakan Wisata Bersih—inisiatif nasional yang melibatkan pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat. Program ini menekankan pentingnya kebersihan dan keberlanjutan lingkungan sebagai wajah baru destinasi wisata Indonesia.
“Bulukumba bisa menjadi contoh bagaimana wisata bahari tidak hanya indah, tapi juga berkelanjutan,” ujar Ni Luh Puspa, menegaskan komitmen kementerian terhadap kebersihan, sanitasi, dan pengelolaan sampah di kawasan wisata.
Masa Depan Wisata Berkelanjutan
Andi Utta menjawab dengan paparan yang lugas. Ia menyebut delapan desa wisata unggulan yang kini sedang dibina Pemkab Bulukumba: Bira, Darubiah, Ara, Lembanna, Tamatto, Tanah Toa, Kahaya, dan Tritiro. Desa-desa itu, katanya, bukan sekadar objek wisata, melainkan jantung kebudayaan yang hidup dari laut, kayu, dan gotong royong.
Selain menyiapkan Masterplan Kawasan Pembuatan Perahu Pinisi, pemerintah daerah juga tengah menyusun rencana pengembangan kawasan wisata terpadu Bira–Bara–Lemo Lemo. Tujuannya: menjadikan Bulukumba bukan hanya tempat singgah, tapi destinasi unggulan dengan daya saing global.
Kementerian Pariwisata menyambut langkah itu dengan dorongan konkret: penyesuaian Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) agar selaras dengan kebijakan nasional, serta kesiapan dokumen pendukung untuk potensi Dana Alokasi Khusus (DAK) Pariwisata 2027.
Tak kalah penting, kementerian juga menekankan pengembangan SDM pariwisata melalui pelatihan pemandu lokal agar pelayanan wisata semakin profesional dan berstandar internasional.
Visi Masa Depan Bulukumba
Bagi Andi Utta, sinergi dengan pemerintah pusat bukan hanya soal dana atau program, melainkan tentang masa depan kebanggaan daerah. “Pinisi bukan hanya kapal, tapi simbol perjalanan. Kita ingin Bulukumba dikenal bukan karena masa lalunya, tapi karena kemampuannya menjaga tradisi sambil menatap masa depan,” ujarnya.
Dan di balik meja rapat sore itu, seolah terdengar desau ombak Bira memanggil—menanti kapal-kapal Pinisi kembali berlayar membawa nama Bulukumba ke mata dunia.
.png)


Posting Komentar