P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

Mie Sedap Sabang: Dari Kedai Kecil 1920-an Jadi Ikon Kuliner Aceh

Featured Image

Sejarah dan Perjalanan Mie Sedap di Kota Sabang

Sabang, kota yang terletak di ujung barat Indonesia, memiliki berbagai daya tarik yang menarik untuk dikunjungi. Salah satu yang tidak boleh dilewatkan adalah Mie Sedap, sebuah kedai kuliner yang telah menjadi ikon bagi warga setempat maupun para wisatawan. Berlokasi di Jalan Perdagangan No 51, Kuta Barat, Sukakarya, Kota Sabang, Aceh, Mie Sedap bukan hanya sekadar tempat makan, tetapi juga simbol sejarah dan budaya dari kota pelabuhan yang pernah menjadi pusat perdagangan pada masa lalu.

Awal Mula Mie Sedap

Sejarah Mie Sedap dimulai pada tahun 1920-an ketika Sabang sedang dalam masa keemasan sebagai pelabuhan bebas. Saat itu, banyak kapal dari berbagai negara singgah di sana, membawa penumpang dan pekerja yang membutuhkan makanan cepat dan praktis. Di tengah situasi ini, sebuah toko kecil bernama "Sedap" berdiri. Awalnya, toko ini hanya menjual kue-kue terbatas dan melayani catering kecil untuk kapal asing. Meski sederhana, toko ini cepat mendapat perhatian dari para pekerja pelabuhan dan masyarakat sekitar.

Toko Sedap pertama kali didirikan oleh seorang perantau keturunan Tionghoa, yaitu kakek dari Thomas Kurniawan atau dikenal dengan sebutan Koh Thomas. Dari sinilah cikal bakal Mie Sedap lahir, meskipun belum sepopuler seperti sekarang.

Generasi Kedua dan Perkembangan Menu

Usaha keluarga ini dilanjutkan oleh ayah Koh Thomas. Seiring ramainya pelabuhan bebas, menu toko berkembang dari kue dan mie sederhana menjadi nasi goreng dan catering untuk awak kapal. Kedai kecil ini menjadi persinggahan favorit bagi pekerja pelabuhan yang mencari makanan cepat, lezat, dan mengenyangkan.

Alwi, keponakan tertua Thomas, mengungkapkan bahwa saat itu, orang-orang kapal sering makan di sini. Thomas kecil pun sejak dini sudah terbiasa membantu di dapur dan melayani pelanggan. Sebelum benar-benar mengelola usaha keluarga, Thomas sempat membuka Restoran Nelayan di Sabang. Namun, setelah orangtuanya meninggal, ia menutup restoran tersebut untuk fokus menjaga warisan keluarga.

Koh Thomas dan Konsistensi Rasa Mie Sedap

Pada sekitar tahun 1992, Thomas resmi mengambil alih kendali Kedai Sedap sebagai generasi ketiga. Berbeda dengan pengusaha kuliner lain yang sering menambah menu baru, Koh Thomas memilih fokus pada satu hal: Mie Sedap. Menurut Alwi, Koh Thomas tidak bisa memasak makanan lain, dan fokusnya hanya ke Mie Sedap. Hal ini justru membuat rasanya konsisten dan tetap sama dari dulu sampai sekarang.

Menu Andalan dan Keistimewaan Mie Sedap

Kedai Sedap memiliki dua menu andalan, yaitu Mie Sedap Goreng dan Mie Sedap Kuah. Berbeda dengan mie Aceh pada umumnya, mie dibuat sendiri tanpa pengawet atau pewarna, hanya berbahan dasar tepung terigu dan telur. Keistimewaan lainnya adalah topping potongan kecil daging berbahan ikan pisang-pisang yang segar, ditambah taburan daun seledri. Setiap porsi dijual seharga Rp 15 ribu.

Kesederhanaan bahan dan teknik memasak inilah yang membuat Mie Sedap tetap digemari lintas generasi.

Mie Sedap sebagai Ikon Kuliner Sabang

Kini, Mie Sedap bukan hanya makanan, tapi simbol kuliner Sabang. Setiap wisatawan yang datang hampir pasti ingin mencicipinya, baik lokal maupun mancanegara. Nilai sejarahnya membuat Mie Sedap lebih dari sekadar rasa—ia menjadi saksi perjalanan panjang kota pelabuhan dari masa kejayaan hingga kini.

Meski Koh Thomas telah berpulang, warisan kuliner ini tetap menjadi kebanggaan masyarakat Sabang. Alwi menyampaikan bahwa mereka akan melanjutkan warisan Mie Sedap, namun perlu duduk keluarga untuk berdiskusi siapa yang akan melanjutkannya.

0

Posting Komentar