P4GXIpU6yeYF5fMCqPZCp42UuY5geVqMNRVk86R4
Bookmark

Translate

Desa Besilam, Kampung Wisata Religi Tarekat Naqsyabandiyah di Langkat

Featured Image

Sejarah Islam di Desa Besilam, Langkat

Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, memiliki nilai sejarah yang kental terkait perkembangan agama Islam. Selain dikenal sebagai wilayah Kesultanan Langkat, daerah ini juga menjadi penghasil minyak bumi terbesar di Sumatera Utara pada masa lalu. Namun yang paling menonjol dari Kabupaten Langkat adalah peran desa-desa yang menjadi saksi sejarah penyebaran agama Islam.

Salah satu desa yang cukup terkenal adalah Desa Besilam. Masyarakat lokal dan mancanegara menyebutnya sebagai Babussalam. Desa ini tidak hanya menjadi tempat tinggal masyarakat, tetapi juga menjadi pusat kegiatan spiritual dan pengajaran agama Islam.

Lokasi dan Profil Desa Besilam

Desa Besilam terletak di Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Jarak dari Kota Medan berkisar antara 65 hingga 75 kilometer. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), luas wilayah Desa Besilam mencapai sekitar 2.358,42 hektar atau sekitar 23,58 km². Wilayah ini terdiri dari sembilan dusun yang tersebar di berbagai bagian desa.

Jumlah penduduk Desa Besilam diperkirakan sekitar 5.708 jiwa dengan rincian jumlah kepala keluarga. Secara geografis, desa ini dikelilingi oleh area perkebunan seperti sawit dan karet serta dialiri oleh dua sungai, yaitu Sungai Besilam dan Sungai Batang Serangan.

Perkembangan Islam di Desa Besilam

Desa Besilam atau Babussalam merupakan salah satu kawasan yang menjadi saksi sejarah perkembangan Islam di Kabupaten Langkat. Desa ini didirikan oleh Syekh Abdul Wahab Rokan, seorang ulama besar yang sempat tinggal di sana. Ia mengajarkan Tarekat Naqsabandiyah kepada para pengikutnya.

Tarekat Naqsyabandiyah adalah salah satu tarekat utama dalam tradisi tasawuf Islam Sunni. Tarekat ini memiliki sejarah panjang dan akar spiritual yang dalam. Awalnya, tarekat ini dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Yusuf Hamdani dan Abdul Khaliq Ghajdawani, kemudian dikaitkan dengan Bahaudin al-Bukhari an-Naqsyabandi pada abad ke-14, sehingga dinamakan Naqsyabandiyah.

Tarekat ini dikenal dengan praktik zikir diam (zikir kalbu) yang mendalam, meditasi, serta menekankan kepatuhan ketat pada syariat Islam dalam perjalanan spiritualnya. Naqsyabandiyah menelusuri silsilah spiritualnya hingga Nabi Muhammad melalui dua jalur, yaitu Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib, sehingga disebut sebagai konvergensi dua samudra dalam tasawuf.

Dalam sejarah perkembangannya, Naqsyabandiyah mencakup berbagai cabang dan sub-tarekat, salah satunya adalah Kholidiyah yang berkembang di wilayah Kesultanan Utsmaniyah. Tarekat ini banyak berpengaruh dalam membimbing spiritual dan menghadirkan perubahan dunia batin bagi para pengikutnya melalui praktik doa yang hening dan meditatif.

Syekh Abdul Wahab Rokan dan Keberadaan Desa Besilam

Syekh Abdul Wahab Rokan lahir di Kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti, Kabupaten Kampar, Riau pada 28 September 1811. Ia melakukan perjalanan dakwah dan menetap di Desa Besilam sejak abad ke-19. Di sana, ia mulai membangun tempat belajar agama dan menjalankan pengajaran Tarekat Naqsyabandiyah.

Ia kemudian dijuluki Tuan Guru Babusassalam, yang berarti guru keselamatan. Karenanya, nama Desa Besilam pun lekat dan identik dengan sebutan Babussalam.

Tokoh Nasional yang Mengunjungi Desa Besilam

Desa Besilam sering dikunjungi oleh sejumlah tokoh nasional. Mereka datang untuk bersilaturahmi dan meminta doa dari pemimpin tarekat. Dalam momen-momen tertentu, seperti hajatan politik, pasti ada saja tokoh yang datang ke sana.

Saat ini, Tarekat Naqsyabandiyah di Desa Besilam atau Babussalam Langkat dipimpin oleh Syekh Zikmal Fuad. Beliau merupakan Tuan Guru ke-12 dari garis keturunan Tuan Guru pertama, Syekh Abdul Wahab Rokan, yang merupakan mursyid atau pemimpin spiritual Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah.

Syekh Zikmal Fuad berdomisili di Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat, dan aktif menyebarkan ajaran tarekat serta membimbing pengikutnya. Beliau juga terkenal sebagai tokoh agama yang dihormati dan menjadi rujukan para jamaah tarekat tersebut hingga sekarang.

Pada kunjungan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pada Maret 2023, Syekh Zikmal Fuad secara resmi diperkenalkan sebagai penerus ke-12 dari Syekh Abdul Wahab Rokan sebagai mursyid tarekat ini. Hal ini menunjukkan kesinambungan kepemimpinan dan berlanjutnya ajaran tarekat Naqsyabandiyah di Babussalam.

Posting Komentar

Posting Komentar